
JEDDAH — Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sudah mengimbau jamaah haji Indonesia untuk tidak berkunjung ke Jeddah. Imbauan PPIH Arab Saudi dipertegas dengan peringatan yang dikeluarkan Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Jeddah.
Pihak Muassasah sebagai otoritas penyelenggara ibadah haji bentukan
Pemerintah Arab Saudi pun sudah mengeluarkan larangan ziarah (city tour)
ke Jeddah. Alasannya, Jeddah tidak termasuk ke dalam daerah yang
menjadi kota peribadatan haji.
Betapapun pagar maya sudah ditegakkan guna menghalangi jamaah haji
jalan-jalan ke Jeddah, namun ribuan jamaah haji asal Tanah Air tetap
saja plesiran ke kota ini. Setidaknya, ada dua obyek wisata yang menjadi
sasaran jamaah haji Indonesia berwisata ke Kota Jeddah, yakni Laut
Merah dan Pasar Balad Corniche.
Sejumlah jamaah haji yang saya temui mengaku rela mengeluarkan uang
puluhan riyal untuk bisa sampai ke lokasi wisata Laut Merah. Umumnya,
jamaah terpikat dengan laut yang sarat dengan sejarah kisah Nabi Musa
dan Firaun tersebut.
“Menyenangkan bisa ke sini. Saya jadi lebih tahu sejarah Raja Firaun
yang dulu pernah tenggelam di Laut Merah ini,” kata Wuryati, jamaah haji
asal Prambanan, Yogyakarta. Wuryati datang bersama rekan-rekan satu
rombongan yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 29 Solo (SOC
29).
Kendati pemandangan di pantai Laut Merah tidak seindah pemandangan
pantai-pantai di Indonesia, namun ada beberapa obyek yang mempunyai daya
pikat istimewa, yakni masjid terapung.
Memiliki nama resmi Masjid Ar-Rahmah (dulu bernama Masjid Fatimah),
masjid ini berdiri tepat di pinggir pantai. Tiang-tiang pondasinya
merupakan beton-beton besar yang menancap kokoh ke dalam tanah.
Bangunan utama masjid berada di atas beton-beton pondasi yang
terlihat dengan mata. Pondasi dasar masjid ini tampak seperti
tangan-tangan yang mengangkat bangunan masjid. Inilah sebabnya Masjid
Ar-Rahmah punya julukan sebagai masjid terapung.

Selain masjid terapung, Laut Merah memang disulap Pemerintah Arab Saudi sebagai kawasan wisata mewah nan megah di Jeddah. Di kawasan seluas 30 kilometer persegi ini, terdapat pula air mancur tertinggi di dunia yang diberi nama Air Mancur King Fahd. Di sepanjang pantai Laut Merah, arena bermain dan rekreasi keluarga dipercantik dengan berbagai ukiran modern nan besar.
Masih di kawasan Laut Merah, objek yang selalu menjadi sasaran jamaah
haji dan jamaah umrah dari berbagai negara adalah Balad Corniche
Commercial Center. Pusat perdagangan yang terkenal dengan sebutan Pasar
Balad ini adalah salah satu ikon Kota Jeddah.

Maklum,
sejak didirikan pada 674 Masehi oleh Khalifah Utsman bin Affan, Jeddah
memang merupakan titik temu lalu lintas perdagangan yang dilakukan para
saudagar Yaman dan Eropa. Pasar Balad ibarat monumen hidup aktivitas
perdagangan di kota pelabuhan utama jazirah Arab ini.
Selain jamaah umrah dan haji serta wisatawan luar negeri, Pasar Balad selalu disesaki penduduk asli Jeddah.
“Pasar itu banyak menjual kebutuhan sehari-hari dan juga berbagai
suvenir. Warga sini juga banyak yang belanja di sana,” kata Anjaam
Sulimani, warga Jeddah yang berbincang dengan saya di dekat Masjid
Ar-Rahmah.
Menurut saya, Pasar Balad tak ubahnya pasar Tanah Abang yang menjadi
pusat grosir konveksi terbesar di Asia Tenggara. Di Pasar Balad banyak
dijual suvenir khas Arab Saudi, seperti sajadah, tasbih, abaya, parfum,
dan lain sebagainya.
Jamaah haji dan umrah asal Indonesia adalah pembeli yang sangat
disukai para pedagang di pasar ini. Alasannya, mereka menilai jamaah
Indonesia paling senang berbelanja dan mengeluarkan banyak uang di pasar
tersebut.
Tak heran, banyak toko di pasar ini menggunakan kata murah di
belakang nama tokonya. Sebut saja Ali Murah, Toko Murah, Toko Gani
Murah, Toko Kamal Murah, Toko Sultan Murah, dan lain sebagainya. Karena
alasan inilah banyak pelayan toko yang bisa berbahasa Indonesia. Jamaah
bisa tidak merasa sedang berada di negara asing saat berada di pasar
ini.
Selain kualitas barang yang tidak kalah dengan barang-barang buah
tangan yang dijual di Makkah dan Madinah, Pasar Balad punya kelebihan
tersendiri. Harga barang di pasar ini relatif lebih murah dengan
toko-toko di Makkah dan Madinah.
Apalagi jika jamaah membeli barang-barang incarannya dalam jumlah
banyak. Harga barang yang dijual secara lusinan lebih murah dibandingkan
dengan harga barang yang dijual eceran atau satuan.
Jadi, memang sangat beralasan banyak jamaah haji dan umrah Indonesia
yang tetap memutuskan pergi berwisata ke Jeddah. Wisata sejarah
sekaligus wisata belanja.
disadur dari link :
http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/kabar-dari-tanah-suci/15/10/08/nvvku9346-terpikat-pesona-laut-merah-dan-pasar-balad
Redaktur : Indah Wulandari
Reporter : EH Ismail